Kuliah perdana "Filsafat Bahasa" bersama Prof. Dr. H. Uril Bahruddin, Lc., M.A, rasanya senang sekali, karena sebelumnya saya hanya mengetahui beliau melalui karya buku-bukunya yang menjadi rujukan pada masa kuliah S1. Dan akhirnya bertemu beliau di kelas magister Bahasa dan Sastra Arab saat ini, walaupun melalui daring. Salah satu buku beliau yang menjadi rujukan belajar kami adalah "Fiqh al-Lughah".
Sebagai kuliah perdana, Beliau mengawali dengan perkenalan dan dilanjutkan penyampaian pengantar mata kuliah filsafat bahasa. Dalam penjelasannya, mengkaji filsafat bahasa perlu diketahui terlebih dahulu terkait sejarahnya. Beliau menjelaskan ada dua rujukan jika kita mengkaji filsafat bahasa ini, yaitu rujukan dari dunia barat dan dunia timur. Jika dilihat dari segi filsafatnya maka kita bisa merujuk pada kajian barat dan jika dilihat dari segi bahasa (Arab) maka tentu sejarahnya merujuk pada dunia timur (Arab). Beliau menjelaskan juga bahwa banyak golongan dari orang barat mengkaji bahasa ini berlandaskan filsafat berbeda dengan kebanyakan orang timur pengkajiannya yang berlandaskan kitab suci Al Qur'an.
Dok. Pribadi
Lanjut Beliau menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke kampus luar Negeri yang sebagian besar mahasiswa adalah non muslim. Menurut pengamatan, Beliau menjelaskan bahwa bahasa Arab ternyata tidak hanya dikaji oleh orang-orang muslim, namun banyak di luar sana orang barat ( mahasiswa non muslim) juga mengkaji bahasa Arab ini. Dan hal ini sudah dilakukan sejak dahulu sampai sekarang. Lalu muncul pertanyaan apa sebenarnya yang mendasari mereka itu mengkaji bahasa Arab bahkan orang non muslim pun ikut mengkajinya?
Orang Islam mengkaji bahasa arab sebagian besar karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci Al Quran, maka sudah seharusnya bahasa tersebut dikaji dan dipelajari untuk memperdalam agama & keilmuan Islam yang akhirnya akan mendapatkan manfaat spiritual. Dan ini menjadi jawaban kebanyakan dari mahasiswa muslim. Namun ketika beberapa mahasiswa non muslim ditanya apa yang mendasari mereka belajar bahasa Arab?. Jawaban mereka cukup mengejutkan, yaitu adanya asas materi; uang, pekerjaan, cita-cita dll. Mereka meyakini bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang nantinya akan menghidupi mereka, dan mereka masih memandang bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang bisa mengantarkan mereka menuju cita-cita di masa depan.
Dengan demikian, sesungguhnya belajar bahasa Arab di samping mendapatkan manfaat spiritual, juga bisa menjadi sumber kehidupan bagi siapa saja yang mempelajarinya. Wallahu a'lam
Sangat memotivasi Mas.
BalasHapusSiap terima kasih π
HapusMasyaAllah, emang bahasa arab ter the best.
BalasHapusSyukran Ritaππ
Hapus