Mengenal Ibnu Jinni, Salah Satu Tokoh Linguistik Arab


Ibnu Jinni memiliki nama lengkap Abul Fath Utsman bin Jinni Al Mushily. Ibnu Jinni lahir di Mosul Irak Utara, namun para sejarawan tidak menemukan catatan yang pasti terkait tahun berapa Ibnu Jinni dilahirkan. Ada yang mengatakan Ibnu Jinni dilahirkan sebelum tahun 330 H, Imam Abdul Fida menuliskan kelahiran Ibnu Jinni pada tahun 302 H. Sejarawan Ibnu Qadli Syuhbah mencatat Ibnu Jinni saat meninggal berusia 70 tahun. Maka jika dihitung dari tahun wafatnya, yaitu 392 H, kelahiran Ibnu Jinni pada tahun 322H atau 321H (Taufiqurrochman, 2015, h. 230; Khoiril, 2020, h. 540).

Ayahnya yang berama Jinni adalah seorang pekerja Romawi di tempat Suleiman bin Fahd Ahmad Al Azdi Al Mawsili. Dikatakan bahwa ayah Ibnu Jinni adalah seorang tentara Turki dengan wajah yang terkesan brutal, mempunyai anak Utsman berambut pirang dan buta sebelah (Pransiska, 2017, h. 152).

Redaksi lain menjelaskan bahwa Ibnu Jinni merupakan keturunan dari seorang Romawi dan Yunani yang menjadi pembantu Suleiman bin Fahd Ahmad Al Azdi, namun tidak ada keterangan terkait kapan ayahnya datang ke Mosul atau tentang profesi majikannya. Mungkin karena statusnya sebagai pembantu atau agar diterima dengan baik di kalangan masyarakat Arab. Ibnu Jinni menisbatkan namanya kepada kabbilah majikannya setelah nama Ayahnya, yaitu Abu Fattah Utsman Ibn Jinni al-Azdi (Susiawati, 2015, h. 168).

Sejak kecil Ibnu Jinni memiliki semangat belajar yang sangat kuat. Ia belajar dari para syekh yang ada di daerah kelahirannya. Adapun guru-guru Ibnu Jinni di antaranya adalah Abu Bakar Muhammad bin Hasan bin Ya’qub al ‘ttar yang dikenal sebagai Ibnu Miqsam. Ibnu Miqsam wafat pada tahun 354 H ia merupakan murid dari Tsa’lab. Kemudian ada syekh Abu Farj al Asfhihani yang wafat pada tahun 356 H, merupakan sahabat al Aghani. Dan al Akhfasy al Mousuly, nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad Abu al Abbas al Mousuly al Nahwy. Selain itu, juga ada ulama yang masyhur ahli bahasa yaitu Abu Ali Al Farisi (w.388 H).[1]

Berbagai halaqah telah diikuti Ibnu Jinni untuk mendapatkan ilmu dari para pengasuh dan syekh dengan macam keahlian masing-masing. Pada usia 17 tahun, ia telah menguasai ilmu sharaf. Hingga pada akhirnya Ibnu Jinni bertemu dengan seorang syekh bernama Abu Ali Al Farisi seorang pakar ilmu bahasa dan nahwu di zamannya. Sejak itu, Ibnu Jinni menetapkan pilihannya hanya belajar kepada Abu Ali Al Farisi dan meninggalkan halaqah lainnya. Ibnu Jinni menjadi murid setia Abu Ali Al Farisi selama 40 tahun lamanya (Taufiqurrochman, 2015, h. 231).

Selanjutnya Taufiqurrochman dalam bukunya menjelaskan tentang karya ilmiyah yang berhasil ditulis oleh Ibnu Jinni mencapai 67 buku. Buku yang paling populer adalah Khashais, yaitu buku yang mencakup ilmu nahwu, kaidah usul fiqh dan analisis leksikologis terhadap makna-makna kosakata bahasa Arab. Kitab Khashais ini pernah dihadiahkan kepada Sultan Baha’uddin Al Buwaihi. Ibnu Jinni merupakan Ulama yang mengikuti madzhab fiqh Imam Hanafi. Di bidang akidah, ia lebih memilih sebagai pengikut mu’tazilah sedangkan di bidang ilmu nahwunya condong ke madzhab ulama Basrah.

Daftar Rujukan:
Bariyyah, Indah Khoiril dan Aan, Milki. (2020). “Linguistik di Dunia Arab (Studi Pemikiran Ibnu Jinni)” dalam MUNASBA (Multaqo Nasional Bahasa Arab).
Susiawati, Wati. (2015). “Lafadz dan Makna dalam Perspektif Pemikiran Linguistik Ibn Jinni” dalam Jurnal Arabiyat (Jurnal Bahasa Arab dan Kebahasaaraban) Vol. 2, No. 2, 2015.
Taufiqurrochman. 2015. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN Maliki Press.
Pransiska, Toni. 2017. ابن جني وجهوده اللغوية في الخصائص: دراسة وصفية تحليلي dalam
Jurnal Ilmiah Islam Futura Volume 17 No 1 Agustus


[1] file:///C:/Users/Sunrise/Downloads/ibn%20gana.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seblang, The Mistic Dance of Banyuwangi

Kuliner Bengi Lan Lungguh Ngopi Surganya Kuliner Osing Banyuwangi

Lima Materi Persiapan Mendaftar PPIH Arab Saudi