Mengungkap Asal Kata Kurban dan Maknanya dalam Islam
Hari Raya Idul Adha disebut juga dengan Hari Raya Kurban. Hal ini karena berkaitan erat dengan adanya pelaksanaan penyembelihan hewan kurban yang merupakan bagian dari perayaan tersebut. Hari Raya Kurban dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Pelaksanaan tahun ini tepat pada tanggal 17 Juni 2024 M/ 1445 H. Masih di bulan Dzulhijjah dan Hari Raya Kurban telah berlalu beberapa hari, akhirnya saya tertarik menulis tentang “Kurban”.
Al-Mu'jam Al-Waiz
Manhajus Salikin
Al-Amtsilah
Kata “Kurban” berasal dari bahasa Arab “ القربان”. Dalam kamus Al-Wajīz kata al-qurbānu merupakan masdar turunan dari kalimat fi’il “qariba – yaqrabu – qurban – wa qurbānan yang berarti “mendekati”. Kata al-qurbānu sendiri memiliki arti “segala sesuatu untuk mendekatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa baik berupa persembahan penyembelihan atau yang lainnya”. Sumber lain mengatakan kata “Kurban” berasal dari “qaruba – yaqrubu – qurbānan”, yang berarti menghampiri atau mendekati. Meskipun memiliki perbedaan wazan, qariba berwazan fa’ila – yaf’alu dan qaruba berwazan fa’ula – yaf’ulu, namun keduanya sama-sama berupa fi’il lazim dan memiliki arti dekat. Oleh karena itu, “Kurban” dalam bahasa Indonesia merupakan bentuk kata serapan dari bahasa Arab yang berarti pendekatan. Dalam KBBI memiliki dua arti yaitu: 1) Persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada Hari Lebaran Haji. 2) pujaan atau persembahan kepada dewa-dewa.
Istilah lain dalam literasi Arab, kurban juga disebut al-uḍḥiyah dari kata aḍ-ḍaḥwah berarti pagi. Al-udhiyah berarti sembelihan Idul Adha. Al-uḍḥiyah yaitu penyembelihan hewan seperti unta, sapi, kambing pada Hari Raya untuk mendekatkan kepada Allah SWT. Hukumnya adalah sunnah muakkad, sedangkan dalil dalam al-Qur’an terdapat pada surat al-Kautsar ayat 2.
Kurban merupakan bagian dari ibadah umat Islam. Sumber penelitian menjelaskan bahwa kurban memiliki maksud untuk menunjukkan rasa syukur dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-Nya. Melalui kurban, akan dapat mewujudkan tujuan Agama yaitu membina hubungan antara manusia dan Tuhan. Secara filosofis kurban adalah tebusan atau disebut “fida”. Yaitu merujuk pada cerita nabi Ibrahim yang mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya yaitu nabi Ismail. Akan tetapi karena ketaatan, keikhlasan dan ketulusan nabi Ibrahim kepada perintah Allah, akhirnya Allah menebus kematian nabi Ismail dengan mengganti penyembelihan seekor binatang kurban. Wallahu a’lam.
Sumber:
At-Tadzhib Al-Mu'jam Al-Waiz
Manhajus Salikin
Al-Amtsilah
Anton, Aisyah Hidayah, Nadya Nur Ramdhani, Rd Ilmi Syu’batul Alam, & Resti Paujiah. (2024). Menyongsong Kebahagian Akhirat: Mawas Diri, Etika Islami, dan Keberkahan Berbagi Melalui Kurban. Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara, 1(1), 598–605. Retrieved from https://jicnusantara.com/index.php/jicn/article/view/87
Komentar
Posting Komentar